Friday, November 2, 2018

Selamatkan Generasi Emas dari Gula Berlebih.

Semarang, 30 Oktober 2018 kemarin kami para blogger Semarang dan Media datang dalam rangka hari pangan sedunia. Pada hari itu PP Muslimat NU Pusat menandatangani note kerjasama dengan Yayasan Abhripraya Insan Cendikia Indonesia dalam mensosialisakikan cerdas memilih pangan anak dan bijak menggunakan Susu Kental Manis.

Acara ini diadakan di tiga kota, antara lain Semarang, Surabaya, dan Palembang. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan melindungi anak dari gizi buruk akibat kurangnya pengetahuan orangtua.

Susu Kental Manis Bukan Susu.


Terlalu lama masyarakat terbuai dengan iklan yang disuguhkan produsen susu kental manis (SKM) yang berbalut sehatnya meminum ini setiap pagi. Meminum SKM 3x dalam satu hari sangat dianjurkan dalam iklan yang selalu diputar, bahkan sebelum tidur harus minum SKM agar otak anak semakin cerdas.

Dari data yang didapat Arif Hidayat SE, MM, Ketua Harian Yayasan Abhiparaya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) adalah SKM itu bukan susu murni melainkan 50% gula. Bila di luar negri SKM dibuat caramel, dengan cara dipanaskan di dalam air sekaligus dengan kalengnya.

Data ini diperkuat dengan adanya pemberitahuan resmi dari dr. Erna Soefihara Ketua Bidang VII PP Muslimat Pusat dan Dra. Zeta Rina P,M. Kes, AptKa Sie Penyidak BPOM. Dewasa ini orangtua jaman now lebih memilih praktis, apa lagi bila tetangga bilang anaknya menjadi gendut akan langsung mengikuti saja. Harusnya SKM hanya untuk topping makanan atau minuman. Dampak pada anak akan terlihat saat anak memasuki usia remaja.

Dampak terlalu berlebih mengkonsumsi SKM:


  1. Penyakit Stunting 
  2. Tingkat kecerdasan 
  3. Kerentanan terhadap penyakit 
  4. Menurunkan produktifitas dan mudi 
  5. Menghabat pertumbuhan ekonomi 
  6. Meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan 

Puding denangan tambahan SKM

Dengan adanya data ini maka berdasarkan Surat Edaran mengatur tentang label dan iklan SKM sebagai berikut:


  • Produsen dilarang menampilkan anak-anak berusia di bawah lima tahun dalam bentuk apapun dalam label dan iklan produk SKM dan sejenisnya. 
  • Menggunakan visualisasi bahwa produk SKM dan analognya disertakan dengan produk susu pelengkap. 
  • Menggunakan visualisasi gambar susu cair dalam bentuk sedug di gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman. 
  • Penayangan pada jam tayang acara anak-anak. 


Perhatikan Label Makanan

Brownis Ketela menggunakan bahan tambahan SKM

Selain SKM yang perlu orangtua perhatikan adalah label pada makanan. Bukan hanya SKM yang terbukti memiliki kandungan 50% gula tetapi di makanan dan minuman lain juga terdapat gula. Biasanya di label makanan sudah ada jelas berapa Lemak total, Protein, Karbohidrat, garam, dan gula.

Bila bisa melihat aturan dengan jelas ini maka orangtua bisa mengkira-kira baiknya anak diberikan makanan atau minuman kemasan berapa kali dalam satu bulan.

Selamatkan Generasi Emas.


Dengan mulai memperhatikan pola makan sehat maka akan memberikan anak pertumbuhan yang lebih baik. Perhatikan asupan gizi untuk satu kali makan. Adakah sayur, telur dan ikan dalam makanan itu. Dalam masa pertumbuhan anak memerlukan gizi seimbang.

Bukan hanya gizi tapi juga perhatikan pola bermain anak. Jaman dulu anak-anak lebih suka bermain diluar tapi saat ini anak-anak lebih dibiarkan bermain dengan barang elektronik, sebenarnya tidak apa-apa tapi orangtua lebih memberikan handphone untuk anaknya karena mereka pun asik berselancar didunia maya. Mulai sekarang perhatikan semua hal termasuk yang terkecil sekalipun untuk pertumbuhan anak.

Aku belum menikah dan pastinya juga belum mempunyai anak tapi aku sangat suka dengan acara ini. Banyak ilmu yang aku dapatkan disini. Bahkan aku bisa belajar memasak dari ibu-ibu yang hadir loh. Bayangin mereka mengeluarkan uang Rp 35.000 untuk membuat kue yang sangat enak.

Semoga dengan adanya acara ini ibu-ibu yang datang bisa menularkan ilmunya pada ibu-ibu di lingkungan sekitar.

19 comments:

  1. Wah sharing yg sangat bermanfaat, apalg untk para new parents

    ReplyDelete
  2. Sayang kemaren ngicip 1 makanan tok, padahal looks yummy banget buatan ibu-ibu tuh meski modalnya ga banyak ya

    ReplyDelete
  3. Duh..salah kaprah yg sudah tersebar luas ini ya.. semoga ke depan ibu2 semakin sadar akan kesalahan ini & tdk memberikan SKM sbg pengganti susu bagi Balitanya..

    ReplyDelete
  4. Wow dampaknya cukup serius yaa mba. Untungnya noofa jarang minum SKM hehe

    ReplyDelete
  5. Aku dari dulu nggak doyan SKM Karena terlalu manis. Biasanya suka buat topping roti tawar aja sih pengganti meses hehe. Alhamdulillah acara sosialisasi ini bikin melek Mata biar semakin bny yg aware ya..

    ReplyDelete
  6. Bagus nih, harus sering kasih edukasi kayak gini, soalnya masih pada ngira tergolong susu

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah dapat ilmu bermanfaat ya Tin..kita nulis gini bantu sebar informasi

    ReplyDelete
  8. Semoga makin banyak yang paham ya tentang SKM dan bijak mengonsumsinya

    ReplyDelete
  9. Puding nya kayak enak, dikasih icip-icip nggak, hahahaa

    ReplyDelete
  10. alhamdulilah aku mah gak ngebiasakan anak2 terlau banyak yang manis2

    ReplyDelete
  11. Jaman kecil sering dikasih kental manis juga, taunya ya susu. Kalo sekarang paling dibuat campuran bikin makanan atau minuman.

    ReplyDelete
  12. jadi inget punya temen dulu yang sukak banget minum SKM dia pikir itu kan susu dan sehat ternyata isinya banyakan gula ya

    ReplyDelete
  13. Mulai hati-hati nih sama SKM, kukira susu lho tenyata bukan ya. Hanya buat dicampur makanan atau minuman yang kita bikin. Semacam pemanis ya, thanks buat postingannya.

    ReplyDelete
  14. Semoga kebijakan tentang SKM ini efektif ya. Sedih tahu ada anak2 yg selalu minum SKM dg alasan kesehatan

    ReplyDelete
  15. Penting banget nih untuk edukasi dan sosialisasi penggunaan SKM yang benar ke masyarakat sampai lapisan bawah biar nggak salah persepsi lagi

    ReplyDelete
  16. Trims sharing-nya, Mbak. Jadi nambah ilmu juga buat saya. :)

    ReplyDelete
  17. penting banget sosialisasi kayak gini, karena masih banyak yang salah kira.
    Trims sharingnya Tina...

    ReplyDelete