Friday, November 16, 2018

KEMACETAN JAKARTA PENYEBAB ORANG BERTAMBAH STRES

Memutuskan berkerja di Jakarta bukanlah hal yang mudah. Karena, kota ini menyimpan banyak sekali problem dan semua hal dituntut harus cepat. Tapi saat ada tuntutan mobilitas , disaat yang sama keluhan tentang betapa macetnya Jakarta selalu terdengar setiap harinya. Di televisi, di koran, di berita online, di jalanan, hingga di pasar kita mendengar keluhan macet ini.

Tahukah kamu kapan keluhan tentang macet paling sering kita dengar? Jawabannya adalah saat membuat janji dengan teman di satu tempat. Yup. Macet dan keluhan tentangnya selalu menjadi alasan kita saat terlambat dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya. Iya kan? Macet terus-menerus menghambat produktivitas kita. Semisal kita punya jadwal ketemu jam 5 sore, ternyata macet dan kita sampai di tujuan jam stengah 6 sore. Dengan begini secara jelas 30 menit waktu yang seharusnya dapat menjadi output kerja akan tersita menjadi 30 menit menunggu keluar dari kemacetan yang melanda. Bagus kalau 30 menit diisi dengan hal positif, terkadang macet yang berlebih malah mebuat kita kesal lalu mengumpat karena macet. Tugas tidak selesai, makin stres iya.

Macetnya Jakarta tidak jarang membuat perasaan kita memburuk. Macet yang terlalu lama bahkan menyebabkan seseorang lebih mudah emosi. Jelas emosi itu karena apa yang direncanakannya jadi tertunda, tidak sesuai target sebenarnya. Emosi yang sering kali kita dapatkan karena kemacetan yang terlalu lama akan sangat berdampak pada kesehatan kita. Beberapa penyakit yang berpotensi kita rasakan karena emosi saat macet adalah sebagai berikut:

  1. Sakit kepala. Jangan heran jika tiba-tiba sakit kepala muncul saat emosi meluap. Otot-otot yang tegang dan juga perubahan bahan kimia di otak saat emosi meluap bisa menjadi pemicu sakit kepala. Rasa cemas. Rasa cemas maupun gelisah adalah efek samping yang paling umum terjadi saat emosi tidak terkontrol. Tingginya kadar kortisol dalam tubuh saat emosi seperti itu membuat kita mudah cemas.
  2. Masalah pencernaan. Efek dari emosi terus-menerus ternyata sampai menganggu sistem pencernaan. Karena, hal ini disebabkan sistem tubuh akan berhenti seketika saat sedang marah.
  3. Tekanan darah tinggi. Saat emosi meluap-luap, tubuh menjadi tegang, sehingga bisa memicu tekanan darah tinggi. Dampak tekanan darah tinggi bisa berujung pada penyakit stroke. 
  4. Depresi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang sering naik emosinya, dalam jangka panjang akan berisiko mengalami depresi. Untuk itu, kelolalah emosi dengan baik. 
  5. Serangan jantung. Serangan jantung kerap terjadi ketika seseorang terlalu tinggi emosinya. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The European Heart Journal Acute Cardiovascular Care, orang yang emosian secara intens akan meningkatkan risiko sampai 8,5 kali terkena serangan jantung. 


Inilah efek buruk kemacetan Jakarta yang sampai mengganggu kesehatan mental kita. Hal seperti inilah yang kemudian menyebabkan pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mengurangi kemacetan. Mulai dari pembenahan transportasi umum hingga rekayasa lalu-lintas. Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) Kementerian Perhubungan, pernah mengatakan bahwa “Jika lalu-lintas dapat berjalan dengan lancar, maka masyarakat kita akan tumbuh lebih baik, macet berkurang, dan lingkungan lebih sehat. Hal ini terbukti saat rekayasa ganjil-genap seharian diberlakukan, data dari BPTJ menunjukkan bahwa polutan berkurang, dan jalanan lebih lancar.” 
Andai semua naik transportasi umum mungkin jalan bisa seperti ini

Semua peraturan akan berjalan sukses jika antara pemerintah dan masyarakat dapat berkerja sama. Kita sebagai pengguna transportasi juga perlu melakukan hal yang dapat membantu mengurangi kemacetan. Hal termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan beralih moda transportasi. Dari menggunakan transportasi pribadi menjadi kendaraan umum. Aku yakin diawal hal ini akan terasa sulit, apalagi sudah tebiasa naik kendaraan pribadi. Tapi kenapa kita tidak mencoba berubah untuk hal baik. Kadang ego kita masih tinggi kalo menggunakan transportasi umum.

Intinya kita perlu hal baru. Kita perlu berubah. Kita perlu berbuat sesuatu. Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara yang memberikan cerminan bahwa Indonesia adalah Negara yang rapi, bukan Negara yang semraut penuh dengan kemacetan dimana-mana. Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai tempat yang menyenangkan untuk tinggal, bukan menjadi tempat yang membuat kita tua di jalan. Buang semua ego yang ada, toh transportasi sekarang ini sangat bagus. Cobalah belajar dari negara Jepang yang mereka semua tidak malu menggunakan tranportasi umum.
 #AyoNaikBus #AnakKota

1 comment: