Thursday, October 6, 2022

Peristiwa Kanjuruhan Sisakan Duka

Peristiwa Kanjuruhan berasa seperti boom waktu yang bisa saja meledak kapanpun. Siapa yang tidak tahu bagaimana suporter yang terlalu fanatik dengan tim kesayangan mereka. Bukan satu dua kali terjadi kerusuhan antar suporter saat tim kesayangan mereka kalah. Adu jotos, lempar barang dan sumpah serapah sudah menjadi hal biasa saat salah satu tim kalah.





 

Tapi, kejadian di stadion Kanjuruhan-Malang, Jawa Timur menjadi sangat berbeda. Tempat ini menjadi saksi bagaimana suporter melampiaskan kekesalan mereka dengan merusak fasilitas yang ada di stadion. Bentrok antara petugas keamanan dan suporter tidak dapat dielakkan. 


Berawal Dari Sini

Babak pertama berjalan aman, babak berikutnya berjalan aman tanpa ada tanda-tanda kerusuhan, dan di babak terakhir berakhir dengan skor Arema 2- 3 Persebaya. 



Dua suporter Arema yang kecewa mulailah menginvasi lapangan dan diikuti oleh suporter lainnya yang mulai mengikuti mereka. Dari twitter banyak berita simpang siur. Berita yang beredar  yang aku baca mengatakan dua orang turun untuk memberikan semangat dan berita lainnya mereka memancing suporter lain agar berbuat onar. 

Entah mana berita yang benar, tapi dari sini lah mulainya bentrok suporter dengan Polisi. Polisi yang harus mengamankan keadaan agar tidak terjadi kerusuhan berlebih dan suporter yang menggebu-gebu melampiaskan kekecewaannya. 

Kekecewaan yang dilampiaskan dengan arogan, fasilitas umum dirusak, dan mobil dibakar. Kedewasaan suporter dipertanyakan. Haruskah berbuat anarkis karena sebuah permainan? Ataukah kekecewaan dipicu karena dalam permainan sepak bola para suporter juga bermain uang?

Apapun itu, mereka sudah memicu keributan yang berujung Polisi turun tangan. Hingga menggunakan gas air mata untuk menenangkan para suporter yang kehilangan kontrol diri. 


Permainan Berujung Duka



Penggunaan gas air mata memang sudah dilarang dalam penanganan suporter bola, karena efek gas air mata pada tubuh bisa mengakibatkan:

  • Dada berat
  • Batuk
  • Tenggorokan seperti tercikit
  • Sesak napas

Biasanya efek yang ditimbulkan oleh gas air mata tak berlangsung lama, hanya 15-30 menit. Tapi, berbeda dengan orang-orang yang memiliki riwayat asma. Ini dapat berakibat fatal. 

Dan terbukti, banyak korban jiwa akibat Polisi melemparkan gas air mata ke arah para suporter. Korban yang awalnya hanya puluhan, menjadi 178 korban yang di informasikan meninggal dunia. 

Banyak orangtua menunggu anaknya pulang, tapi tinggal nama. 

Banyak anak yang tiba-tiba jadi yatim karena kehilangan orangtua.

istri atau suami yang berganti status janda karena peristiwa. 

Permainan sepak bola yang harusnya menjadi tempat untuk menyegarkan pikiran, berubah menjadi trauma yang akan sulit untuk disembuhkan. 

Bukankah kalah itu hal biasa dalam permainan. Tidak mungkin dalam satu waktu permainan akan mengalami kemenangan terus menerus. Ataupun akan mengalai kekalahan terus menerus. 

Setara kah sebuah nyawa dengan rasa egois dan kemarahan? 

No comments:

Post a Comment