Buku Catatan Hutang.
Table of Contents
Ini adalah tema yang bikin aku harus menyepi beberapa waktu. Karena, tak ada buku apapun yang berpengaruh dalam kehidupan. Bagaimana bisa berpengaruh coba kalo yang aku baca itu hanya novel-novel picisan.
Mau gak mau aku bongkar-bongkar buku yang aku miliki. Memilah satu-satu mana sih buku yang pernah aku baca dan akhirnya berpengaruh dalam hidupku. Ternyata cukup lama juga aku mencari buku yang aku maksud. Ah hampir menyerah aku mencari-cari. Di detik-detik bosannya mencari, mataku menangkap sosok buku warna kuning lusuh. Kucelnya buku berarti sering sekali aku buka. Sumpah ini buku bikin deg degan. Di sampul utama buku itu tertulis sangat besar BUKU CATATAN HUTANG. Gila..dalam sekejap aku tahu aku harus menulis apa detik itu juga.
Jadi buku yang sangat berkesan dalam hidupku adalah Buku Catatan Hutang. Yeee...buku ini mau tidak mau adalah buku kramat bagi aku. Semua catatan hutang keluarga ada di dalamnya. Berapa hutang yang sudah terbayar maupun hutang yang belum terbayar.
Kalo aku memiliki buku hutang pasti aku juga memiliki buku tabungankan? Tentu saja, sayangnya buku tabungan hanyalah kesenangan yang sangat semu bagi aku. Setiap ada uang masuk pasti akan ada uang keluar yang banyak. Sedih.
Cita-cita terbesar aku saat ini adalah mennghancurkan buku hutang dengan kerja keras. Segera hancurkan buku hutang agar aku bisa tersenyum lebar saat melihat buku tabungan. Pedih kalo setiap melihat buku tabungan yang isinya hanya numpang lewat saja.
DEMI KEBAIKAN BERSAMA.
Adakah yang seperti aku, yang memiliki buku hutang? Jadi seperti catatan gitu. Kalo ada, aku tahu bagaimana perasaanmu. Setiap aku membuka buku ini aku selalu saja gelisah gak ketulungan. Kenapa sih itu angka nol kok ya gak segera berkurang atau hilang begitu.
Ingin segera tanda dada berdebar kencang, susah tidur, takut tanggal, dan paling parahnya adalah lihat buku tabungan yang gak sesuai dengan pengeluaran segera enyah. Ingin hidup tenang tanpa hutang yang menggunung. Masak iya sih kerja banting tulang hanya buat membayar hutang tanpa bisa merasakan untuk senang-senang.
Mau lah senang-senang tanpa harus mikir uang yang ada di dalam rekening itu masih ada berapa. Berlibur ya berlibur. Bukan berlibur untuk lari dari kenyataan. Setelah kembali ke dunia nyata pusing lagi hahahhaha.
Kalo sampai detik ini usaha aku untuk mengenyahkan itu hutang belum juga bisa. Berarti aku masih kurang dalam bekerja. Atau aku bekerja dengan cara yang belum benar. Contohnya bekerja lebih pintar gitu.
Demi kebaikan bersama buku hutang memang harus segera di enyahkan dari peredaran keluargaku. Aku ingin bisa membahagiakan ibu dan adek-adek aku. Lalu bisa segera menjawab tantangan dari pasangan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Ya, halangan terbesar aku saat ini memang ekonomi. Aku tak ingin menjadi beban siapapun. Karena ketika menjadi beban orang lain, orang lainpun akan melakukan hal yang seenaknya pada diri kita. Mau diakui atau tidak. Kenyataan yang terjadi memang seperti itu.
Menjadi wanita mandiri dalam hal finansial bukan lagi sebuah impian tapi itu sudah kewajiban. Saat wanita bisa mandiri dalam ekonomi kita bisa selaras dengan laki-laki. Bukan berarti saat wanita memiliki penghasilan sendiri, wanita merasa lebih tinggi di hadapan imamnya.
Heheehe. Salam kenal.