Wednesday, December 27, 2017

Ada Doa Ibu Dibalik Pencapaian

Ibu. 

Tiap kali harus menuliskan tentang ibu pasti akan ada rasa haru biru yang membuat mata ini berair. Ah mbak Chela dan mbak Noorma membuat aku jadi baper hik hik hik...kalo mau menuliskan tentang ibu, akan banyak hal yang bisa aku tuliskan. Gak mungkin hanya cukup 500 kata. Em bisa jadi saat aku menulis di blog akan bisa bersambung sampai beberapa kali tulisan blog. Hahaha kayak sinetron Cinta Fitri.

Apa yang kalian lihat dari aku sekarang ini tidak lepas dari didikan ibu. Didikan seorang ibu tidak haruslah berupa pelajaran yang sangat jelimet yang diajarkan di sekolah dalam teks buku tebal. Tapi, belajar dari sikap ibu adalah salah satu yang aku serap sepenuhnya. Ya, ibu bukanlah salah satu dari orang yang beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi. Tapi, beliau adalah orang yang pantang menyerah dalam segala situasi dan selalu mau belajar.

BUKU. 

Sikap pantang menyerahnya lah yang aku pelajari dan aku serap. Dari sikap itu aku berani untuk mengejar impian menjadi penulis buku. Dari awal aku menggeluti ini tak ada tentangan dari ibu, justru ibu mendukungku dengan selalu menyemangati aku.

Dalam mencapai impianku, Berkali-kali penolakan aku dapatkan. Berkali-kali juga aku bangkit. Dari penolak kepenolakan semakin mengajarkan aku apa itu bersabar. Tentu saja bukan hanya bersabar, aku juga belajar banyak hal tentang penulisan yang tadinya uka selalu menggunakan kata tak baku. Seiring jalannya waktu aku mempelajari kesalahanku dan memperbaikinya. Memperbaiki dengan menerapkannya dalam berkirim pesan, dari hal kecil saja akan merubah menjadi hal lebih besar.

MULAI DIKENAL. 


Buah kesabaran itu bukan cuma bisa mengeluarkan buku, tapi juga mulai mengenal banyak orang. Banyak orang tentu saja latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang menjadikan pertemananku berwarna-warni.

Dulu aku tak pernah akan menyangka bisa dikenal oleh orang-orang media, fotografer profesional, penulis buku besar, dan sampai ke politikus. hal ini tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sungguh, aku hanyalah anak biasa yang mempunyai impian yang luar biasa. Emmm...hahahaha.

Dibalik prestasi itu ada doa ibu yang selama ini terpanjatkan untuk aku. e ciee hahaha. Setiap kali aku merasakan hal yang tak terduga dan menyenangkan. Aku selalu ingat kepada ibu. Aku menyakini apa yang aku dapatkan sekarang adalah ribuan doa yang selalu ibu panjatkan dalam diamnya.

Aku belum sukses dan bisa membahagiakan beliau. Setiap aku melihat beliau yang kelelahan rasanya aku ingin memaki diriku sendiri. Kenapa aku belum bisa membahagiakan beliau. Menghapuskan peluhnya, menyeka tangis yang tak pernah ditunjukkan, dan menghilangkan rasa cemasnya.

Entah kapan aku akan berani menggenggam tangannya dan berkata “Cukup usahamu untuk kami ibu, beristirahatlah dirumah. Habiskan hari-harimu dengan melihat tele visi dan melakukan apapun hobimu yang kamu suka.” Sayangnya aku belum berani mengatakan itu.

Yah, aku sangat malu untuk mengatakan itu. Di saat ekonomiku belum setabil. Sangat belum setabil. Paling tidak aku berani menggegam tangannya dan mengucapkan hal receh “Buk, beli bakso yuk.” Hem baru itu yang berani aku katakan pada beliau.

Melihat ibu yang bisa tertawa lepas saat melihat serial TV dangdut yang di bubuhi pengisi acara bertingkah konyol, kadang membuat aku tertampar. Kenapa aku belum bisa membuat ibu tertawa selepas itu. Menghilangkan penatnya dengan berjalan-jalan. Bukan hanya melihat tontonan TV. 

Ah..tahun ini pun aku belum bisa mengucapkan selamat hari ibu. Semoga tahun 2018 aku bisa mengucapkannya dengan memberikan hadiah naik haji. Aamiin.

2 comments:

  1. ya, setiap pencapaian memang tidak pernah bisa lepas dari doa seorang ibu. semoga semakin sukses ya tina :*

    ReplyDelete