Negeri Dongeng
Table of Contents
Menjadi
dewasa ternyata tidak seindah yang dibayangkan semasa kecil. Dulu aku selalu
berfikir kalo orang dewasa itu keren. Mereka terlihat begitu mengagumkan dengan
setelan baju yang moderent, bisa jalan-jalan tanpa harus di temani orangtua,
dan bisa minum kopi. Oke, dari dulu aku beranggapan kalo orang dewasa yang
keren itu adalah mereka yang bisa minum kopi.
Saat
menjadi dewasa aku baru menyadari menjadi keren itu bukan hanya minum kopi dan
memakai baju bagus. Menjadi keren itu butuh perjuangan yang keras. Saat hati terluka kita
harus punya stok topeng bahagia sebanyak mungkin, agar saat kita bertemu orang
lain kita tidak terlihat rapuh. Baju bagus, sesekali berlibur dan minum kopi
hanyalah pelampiasan saat penat melanda.
Negeri
dongeng yang saat ini dibutuhkan oleh para orang dewasa yang sudah penat dengan
persaingan bagai dihutan belantara. Kita membutuhkan hal-hal polos yang hanya
kita dapatkan saat kita kecil. Dimana kita hanya tahunya bermain, bermain, dan
bermain. Saat kita tersakiti ada Ibu yang siap siaga untuk menyeka air mata
kita. Dan Ayah yang siap menjadi tameng perisai dari rasa tersakiti.
Masa
kecil adalah masa yang paling bahagia. Dimana semua terasa indah. Tak ada rasa
sakit yang benar-benar dapat menyakiti hati ini. Dulu saat aku kecil aku sangat
ingat, aku selalu merengek pada Ayah. Merengek apapun yang tertangkap oleh
objek lensa mata itu indah pasti aku minta. Ayah tak mampu untuk tidak
mengabulkan itu.
“Ayah,
aku mau lihat Sikomo.” Rengekku sambil menangis tersedu-sedu pada ayah waktu
itu. Dulu Sikomo adalah tokoh yang paling di sukai anak kecil karena lucu dan
ada lagunya juga. Apa Ayah mengabulkannya? Tentu saja beliau mengabulkannya.
Semakin
di ingat semakin ingin aku kembali seperti masa kanak-kanak. Andai ini negeri
dongeng aku pasti memutar waktu ke masa itu dan akan aku hentikan waktu. Tapi sayang
ini bukan negeri dongeng. Yah, sepahit apapun hidup yang kita jalani, kita harus
tetap berani melangkah maju :D